Diprioritaskan atau Memprioritaskan?

Prioritas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain. Prioritas kemudian menjadi sebuah dambaan banyak orang karena berbagai keistimewaan yang diseret oleh embel-embel "prioritas". Salah satu impian banyak orang adalah ketika bisa mendapatkan prioritas di berbagai fasilitas umum yang mengharuskan untuk serangkaian prosedur seperti mengantri (masih banyak orang yang malas untuk antri secara tertib, FYI). Memperoleh label prioritas membuat seseorang terbebas dari prosedur tersebut.

Fasilitas umum yang menyediakan fasilitas prioritas bagi penggunanya diantaranya adalah transportasi umum seperti bus dan kereta. Di Jakarta kita bisa menemukan fasilitas prioritas tersebut di Bus Transjakarta dan Kereta Commuter Line. Fasilitas prioritas yang disediakan dalam moda trasnportasi tersebut berupa tempat duduk yang yang 'diprioritaskan' untuk lansia, wanita hamil, membawa balita, dan penyandang difable. Tempat duduk prioritas memiliki warna yang berbeda dengan tempat duduk non prioritas untuk memudahkan penumpang mengenali tempat duduk mana yang seharusnya mereka duduki, sesuai dengan kondisi mereka, prioritas atau bukan. Selain itu, tempat duduk prioritas juga ditempatkan di dekat pintu masuk/keluar agar para pengguna priority seat memiliki akses yang lebih mudah dan nyaman saat masuk dan keluar. Dua moda transportasi Ibu Kota tersebut juga menyediakan area khusus wanita. Commuter Line memiliki dua gerbong khusus wanita sedangkan Bus Transjakarta memiliki area khusus wanita di bagian depan bus (tepat di belakang driver). Sebuah terobosan yang sangat keren menurutku, memprioritaskan wanita di kendaraan umum. Mengingat tingkat keamanan yang sering kali tidak bisa diprediksi di setiap perjalanan transportasi umum.

Label kursi prioritas di Bus Transjakarta. Sumber : https://secemerlangpagi.files.wordpress.com/2013/04/photo1115.jpg

Dengan adanya kursi prioritas dalam moda transportasi paling laris di Jakarta tersebut sedikit banyak memberikan peluang bagi mereka yang 'diprioritaskan' untuk tetap bepergian menggunakan transportasi umum dengan aman dan nyaman. Sayangnya, memprioritaskan sepertinya belum menjadi pemahaman bersama di kalangan sebagian masyarakat. Masih ada saja mereka yang tidak aware dengan kehadiran orang-orang yang diprioritaskan dan justru memprioritaskan diri sendiri. Kerap kali bepergian menggunakan busway ataupun commuter line membuatku sering menemukan kejadian semacam itu. Seorang lansia dibiarkan berdiri sedangkan si Mbak yang masih muda dan bugar merem di kursinya seolah tidak terjadi apa-apa. Gumash deh, mbak.  Atau, di commuter line, seorang mas-mas lebih memilih untuk pura-pura tidur ketimbang menyerahkan tempat duduknya untuk bapak-bapak bertongkat yang berdiri di depannya. Atau, saat busway sudah penuh, seorang bapak paruh baya memilih untuk berdiri di area khusus wanita ketimbang berdesakkan dengan sesama jenisnya dan menunggu untuk "diusir" oleh petugas masuk ke area umum. Dan masih terlalu banyak kejadian lainnya.

Diprioritaskan dan memprioritaskan kemudian menjadi sebuah hal sepele yang tidak bisa disepelekan. Dalam hal ber-transportasi umum, diprioritaskan dan memprioritaskan bukan hanya kesadaran untuk menyerahkan tempat duduk untuk penumpang yang lebih membutuhkan atau sekedar tidak masuk ke area yang tidak diperuntukkan untuk semua penumpang. Hal kecil lain seperti mendahulukan penumpang yang akan turun merupakan kegiatan memprioritaskan paling mudah yang bisa dilakukan oleh seorang penumpang. Namun kemudian, hal kecil itupun bisa berakibat fatal jika semua orang memprioritaskan kebutuhannya masing-masing tanpa mengenali lingkungannya sendiri bahwa ada orang lain yang seharusnya lebih diprioritaskan. 

Diprioritaskan dan memprioritaskan bukanlah tentang siapa yang lebih kuat dibandingkan siapa. Tetapi lebih kepada saling menghargai kebutuhan masing-masing. Banyak orang yang berpikiran menjadi "bodo amat" di tempat umum adalah pilihan terbaik. Perkara prioritas, semua orang juga berhak mendapatkannya. Tetapi memprioritaskan diri sendiri adalah sebuah bentuk pertahanan diri agar bisa survive. Hanya saja tidak serta merta membuat seseorang menjadi tidak menyadari bahwa ada orang lain yang membutuhkan bantuannya, bahwa ada orang lain yang jika tidak kita prioritaskan tidak akan bisa survive, misalnya.

Jadi lebih pilih mana? Diprioritaskan atau memprioritaskan?


Komentar

  1. Selama ini aku survive 😎

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu survive dengan diprioritaskan atau memprioritaskan? Wkwk

      Hapus
  2. Memprioritaskan, secara kita masih sehat gini yah. Suka gemes ya emang sama orang pura-pura ngga tau gitu.

    BalasHapus
  3. Bagi yang biasa diprioritaskan, perlakuan biasapun akan menyakitkan... Hehe

    BalasHapus

Posting Komentar