Keminggris

"Yaelah, ngomong Inggris mulu lau, Bahasa Indonesia aja napa?"
Pernah nggak kalian mendapat sindiran semacam itu? Ketika kalian sering posting di sosial media atau chat dengan teman memakai bahasa Inggris terus ada yang nyeletuk begitu, rasanya mak nyesss di  hati. It was felt like a bullet tried to sneak out to your chest but you are bulletproof.

Salah nggak kalau kita yang lagi belajar Bahasa Inggris ini suka ngomong pake Bahasa Inggris? Seharusnya sih nggak. Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa "practice makes perfect". Kalau kita mengimani petuah tersebut, tentunya sebagai seorang pembelajar bahasa kita harus sering-sering berlatih menggunakan bahasa tersebut. Cara yang paling mudah adalah membuat caption di sosial media pake Bahasa Inggris, chat sama teman pake Bahasa Inggris, curhat di buku harian pake Bahasa Inggris, nyanyi lagu Bahasa Inggris, ngrasani teman pake Bahasa Inggris, telepon orang tua pake Bahasa Inggris (habis itu ditutup teleponnya, kata orang tua "ngomong opo to nduk?").

Sebagai mantan mahasiswa Sastra Inggris, saya sering banget dibilang, 'mentang-mentang anak Sastra Inggris ngomong pake Bahasa Inggris terus, biar orang-orang tau kalo situ jago Bahasa Inggris? Ojok keminggris kon'. Salah apa aku ini Ya Tuhan? Saya ini ngomong pake Bahasa Inggris bukan karena sudah jago, bukan juga mau pamer, justru karena saya sadar kemampuan saya belum seberapa, karena saya tau kalo nggak pernah dipake bahasa akan cepat hilang dari ingatan. Saya pake Bahasa Inggris biar kalo ada yang salah dari Bahasa Inggris saya, orang lain bisa koreksi. Bukan untuk menjadi keminggris apalagi meng-Inggriskan Indonesia. Tidak.

Tetapi kemudian saya tersadar dari lamunan, ternyata somehow I am sounded so keminggris. Cz I literally use English to talk to literally everyone for literally all the time. Jadi saya terima saja kalau dibilang keminggris. Saya menyerah. Nggak ding, bukan menyerah, tetapi mengalah untuk menang. Hahaha (ketawa jahat)
Kenapa begitu? Karena dari dibilang keminggris menyadarkan saya bahwa Bahasa Inggris saya masih sangat kurang, bukannya terdengar asyik malah jadi aneh. Karena saya jadi tau tidak semua orang suka dengan bahasa asing, saya harus lebih tau kapan dan dimana penggunaan yang tepat. Karena saya jadi mengerti, menggunakan bahasa ibu lebih disukai untuk berkomunikasi dengan sesama orang Indonesia. Karena saya jadi paham, lingkungan mana yang benar-benar mendukung untuk belajar Bahasa Inggris. 

Sangat disayangkan bahwa lingkungan yang seharusnya mendukung berbagai hal positif terkait pendidikan, salah satunya adalah dengan tidak mengolok para pembelajar yang sedang melewati proses mereka, malah hadir dengan berbagai sentilan yang justru membuat mereka menjadi tidak antusias. Memang bukan hal mudah untuk membuat lingkungan tersebut memiliki persepsi yang sama dengan apa yang kita yakini, tetapi membiarkan budaya mengolok tetap mengakar sedemikian rupa juga tidak bisa dibenarkan. Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapi lingkungan semacam itu? Bagi para pembelajar, tugas utama tetap harus dijalankan, perkara diterima atau tidak oleh lingkungan itu urusan nanti. Setidaknya kita tidak ikut membenarkan stereotype yang berkembang di lingkungan tersebut bahwa harus mahir dahulu sebelum berani unjuk gigi di depan orang banyak, bahwa belajar teori saja sudah cukup, praktik nanti saja. 

Saat kita menemukan lingkungan yang mendukung untuk belajar hal-hal yang kita minati, proses belajar akan menjadi semakin menyenangkan. Semakin menyenangkan proses tersebut, maka semakin cepatlah para pembelajar mencapai tujuan mereka. Bagi saya, ketika lingkungan tidak memungkinkan untuk dijadikan media pembelajaran, yang tertinggal hanyalah diri kita sendiri bersama keinginan untuk bisa. Begitu pula dalam hal belajar bahasa, ketika kita tidak menemukan lingkungan atau teman untuk bisa diajak menggunakan Bahasa Inggris, maka kita harus bisa mengajak diri kita untuk belajar. Caranya? Banyak. Rajin menulis dengan Bahasa Inggris (meskipun cuma caption 1 baris yang penting in English), rajin bicara dengan Bahasa Inggris kepada diri sendiri (terdengar agak aneh, ya? But it works for me!), rajin nonton film Bahasa Inggris (asyik banget kan!), nonton video Bahasa Inggris di YouTube (ini banyak banget, asli! tinggal pilih!).

The thing is, I don't really care of what people say about me keep using English all the time (and I am pretty aware that my English is not that good), cause I do need to practice more and more. Being an English Literature graduate can't guarantee my English will last forever even if I never use it in daily life. It even gives me more motivation to master it more than other people. So, if you are an English enthusiast who wants to find a supportive environment to practice your English, just give me a call, it would be my pleasure to be your partner in learning English. 

Jangan takut dibilang keminggris, selama pas Bahasa Inggrisnya salah dan dikoreksi nggak marah ya, namanya juga belajar :)

Salam keminggris!

Cheerio!


Komentar

  1. Balasan
    1. Boleh japri saya mbak hehew, BTW terimakasih sudah singgah

      Hapus
  2. 😍😍 so let's we begin baby 😂😂

    BalasHapus
  3. 😍😍 so let's we begin baby 😂😂

    BalasHapus
  4. owh myghost, gara2 which is which is gitu ya wkwkk...
    u're my inspiration, eh betul gk sih mbak.
    suka tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mas, you are my inspiration haha
      Terimakasih mas sudah membaca ceracauan saya :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Akuh mau dong res belajar bahasa inggris... Bahasa inggrisku hancur... Gremer rusak, prononsen amburadul, jadi pas ngomong kayak orang qumur qumur hehe... But you're totally right, karena bahasa adalah kebiasaan.. Makanya ada istilah language acquisition sama learning... Kita yang ga punya lingkungan enggres, akhirnya kan harus learning... Lucunya pas learning itu, bukannya dapet support malah dapet hujatan wkekw... I like your writing anyway..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Podo ae mans, wes pas kuliah ga dong saiki tambah gatau digawe :(((
      Iyo mans, wes biasa dihujat gara2 kemenggres :""
      BTW thanks mans sudah meninggalkan jejaks

      Hapus
  7. Justru orang yg lagi bljr bhs inggris harus sering-sering pake bahasanya.. karena itu latihannya.. dan setuju banget, bahasa asing yg udah kita pelajari kalau nggak digunakan bakal pudar hehehe. Jadi inget dulu ambil matkul bhs perancis dan skrg mangkrak nggak pernah dipake.. udah 90% lupa huhu.. btw, tulisannya menarik. Congratz Reska 🙌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betullzz sekali Nov, cepet pudar kalo ga pernah dipake :( kujuga sedih nih, ambil matkul bahasa asing lain udah jadi angin lalu, kabur kabeh :(
      BTW thanks Nov :D

      Hapus
  8. aku anak sastra inggris yang gagal bih wkwkw. bolehlah diajarin keminggris :D

    BalasHapus
  9. Tulisan yang Bagus mbak reska. Klo kata temen2ku yang notabene anak matematika, enggresku apik, padahal sakjane blass dan terkadang malah jadi beban psikologi pas ada yg minta buat jadi jasa translation artikel juga.. Huhuhu.. Lha wong grammer rules, pronounce-ku dll amburadull... Btw, mau dong diajarin kemenggres...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mba. Keren dong mba dipercaya menjadi translator temen2, hehe. Tapi setuju juga, kadang kalo kita berada di lingkungan yang "mempercayai" kita beban psikologi nya berasa banget, hehe, tapi bisa jadi motivas untuk belajar lagi dan lagi. Semangat mbak! hehe. Mari bersama sama menjadi kemenggres mbak, wkwk

      Hapus

Posting Komentar