Jangan Galau

"Apa cita-cita kalian saat sudah besar nanti?"
Masih ingat dengan pertanyaan wajib saat kita masih anak-anak ini? Rasanya semua orang yang pernah melewati fase "Sekolah Dasar" pasti pernah mendapatkan pertanyaan semacam itu. Bapak/Ibu Guru pasti pernah menanyakannya di depan kelas. Kemudian seisi kelas akan ramai menyuarakan cita-cita masing-masing. Mulai dari menjadi dokter, guru, astronot, pemain sepak bola, dan banyak lainnya. Pernah ga sih, kita mencoba mengulang lagi memori masa itu dan mengingat-ingat, cita-cita apa yang dulu kita sampaikan dengan lantang di depan guru dan teman sekelas? Lalu lihatlah diri kita sekarang, apakah kita sudah sampai pada apa yang kita cita-citakan dahulu?

Sayangnya (atau mungkin, untungnya), tidak semua orang istiqomah dengan cita-cita masa kanak-kanak dahulu dan benar-benar berusaha membuatnya menjadi kenyataan ketika tumbuh dewasa. Mengapa sayangnya? Sayangnya, sebagian orang beranggapan bahwa cita-cita di masa kanak-kanak hanyalah sebuah keinginan tak beralasan yang tidak perlu dihadirkan dalam kehidupan. Padahal, banyak sekali kisah sukses yang berawal dari mengimani mimpi. Tidak peduli seberapa kecil mimpi itu awalnya, orang-orang yang mengimani mimpi mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya menjadi kenyataan, dan tak jarang, akhirnya mendulang sukses yang tak pernah terlintas bahkan dalam mimpi-mimpi mereka. 

Tapi bagi mereka yang menganggap cita-cita masa kanak-kanak tidak perlu diusahakan dengan segenap jiwa dan raga untuk menjadi kenyataan, untung juga sih. Soalnya, plot kehidupan tidak selamanya seperti dalam negeri dongeng. Terlalu banyak hal terjadi tanpa diduga dan tanpa bisa dicarikan penawarnya. Nah, situasi seperti inilah yang membuat orang-orang yang tidak mengimani mimpi kanak-kanak mereka akan merasa untung. Mereka tidak akan merasa perlu untuk mengejar sesuatu yang terasa sangat jauh. Dengan demikian, untung bagi mereka, tinggal ikuti saja hidup yang mereka punya sekarang. Gak usah ngoyo kata orang Jawa.

Terlepas dari apa yang dicita-citakan dan apa yang akhirnya diraih ternyata berseberangan, memiliki cita-cita dan berusaha mewujudkannya adalah fardu 'ain bagi semua manusia, tetapi mengejar mimpi tanpa melihat pada tanah yang kita pijak juga tidaklah etis. 
Seorang teman pernah berkata pada saya ketika saya sedang curhat dengannya tentang cita-cita yang nampaknya kian jauh dari genggaman, dia mengatakan bahwa, seberapapun banyaknya kegagalan menghampirinya, dia tidak peduli, dia akan terus mencoba hingga  kuota kegagalan miliknya habis. Tapi apakah kita memiliki jatah kegagalan? Tentu saja tidak, kita bebas mencoba dan gagal setiap saat, dan kegagalan-kegagalan itulah yang akan menuntun pada satu keberhasilan. Entah kapan, yang jelas akan datang waktunya.

Terdengah mudah, tapi nyatanya? Buatlah mudah, karena terkadang yang mempersulit adalah diri sendiri, yang membatasi juga diri sendiri. Kerap kali berbagai ketakutan datang bahkan sebelum mencoba, hasilnya? Tidak maksimal dalam berusaha, hasil pun tidak seperti yang diharapkan. "Musuh terbesar adalah diri sendiri" Yes, indeed! Mimpi-mimpi kita yang ciptakan, kita pula yang mematahkan. Bukannya memberi pupuk, malah meracuni. Instead of saying "Yes, you can!" kita lebih suka bilang "kamu gak akan bisa" ke diri sendiri.  

Kadang suka galau gak sih dengan hal-hal semacam ini? Kalo aku iya. Merasa belum bisa ini dan itu. Merasa semakin jauh dari cita-cita semula. Kemudian penyakit mematikan lain datang. Membandingkan hidup kita dengan milik orang lain. Mereka sudah sampai di sana, mereka sudah bisa itu, mereka sudah punya itu, dan lainnya. Kenapa mematikan? Karena tanpa sadar terkadang hal semacam itu justru membuat semakin down. Bukannya termotivasi malah semakin berfikir "apakah aku bisa?", "apakah aku mungkin?", "apakah ada kesempatan bagiku?". Semakin  banyak pertanyaan yang meragukan diri sendiri. Padahal, mereka yang sampai pada titik yang diimpikan pastinya tidak sekedar duduk bermalas-malas sepanjang hari sambil scrolling Instagram. Mereka mengimani mimpi mereka dan berusaha membuatnya menjadi nyata.  Mereka memanfaatkan semua jatah kegagalan di hidup mereka untuk bisa sukses. Lantas kalau aku saja enggan menggunakan jatah kegagalanku, mengapa pula aku memimpikan sukses? #plak

I'm writing this to remind myself, takut boleh, asal jangan selamanya. Malas boleh, asal jangan dipelihara. Mempertimbangkan masak-masak segala perbuatan memang harus, tapi jangan galau dibuatnya. Berada di zona nyaman boleh, asal jangan puas karenanya. Kesempatan selalu ada, pertanyaannya, kapan mau mulai?


When life doesn't treat you well, be kind, everything will be just fine, in time.



#JareReska


  

Komentar

  1. Res, aku jadi penasaran. Cita-cita mu pas kecil pengen jadi apa?

    BalasHapus

Posting Komentar