Tulisan kali ini saya dedikasikan untuk kalian semua yang (ngakunya) pecinta alam (namun amatiran) seperti saya. Semoga yang saya alami tidak kalian rasakan, kecuali kalau kalian pengin cari sensasi, ya monggo. hehe.
Jadi, semuanya berawal dari keinginan kuatku dan seorang teman untuk mendaki Semeru sampai di Ranu Kumbolo. Tidak sampai puncak karena kami cukup tahu diri bahwa menaklukan hatinya saja susah, apalagi menaklukan puncak tertinggi di Jawa? Secara kami bukanlah anak gunung atau pecinta alam yang sudah lihai dan bersahabat dengan alam beserta seluruh isinya (?). Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat kami untuk tetap mendaki. Berdua saja. Gapapa lah ya, nanti juga ketemu rombongan lain. Pasti rame. Oke. Mari laksanakan. Semudah itu ternyata.
Kami berdua sama sekali buta dengan aturan pendakian di gunung Semeru (atau gunung manapun, karena kami bukan pendaki, dan tidak pernah mendaki). Jadilah kami browsing dan searching kesana kemari untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi demi lancarnya pendakian. Akhirnya kami mendapatkan informasi terbaru tentang pendakian Semeru. Yash! Seneng abis! Tapi langsung lemes, karena syaratnya ribet syekali kawan-kawan. Baiklah, ini tidak akan menyurutkan kami. Ribet tapi masih bisa dilakukan. So, let's get started, shall we?
Eh, sebelum mulai, akhirnya temanku mengajak satu teman kami lagi, jadilah kami membentuk trio, bukan duo lagi. Gitu.
Jadi, syaratnya adalah:
1. Harus booking online untuk dapatkan kuota. 1 hari hanya diperbolehkan 600 orang mendaki Semeru, jadi diberlakukan sistem booking ini. Gampang lah ya ini mah, online ini, tiap menit juga online (sombong).
2. Setelah booking harus bayar biaya pendaftaran (semacam tiket masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru gitu) lewat transfer bank, dan bukti transfer harus dibawa ketika melakukan registrasi ulang di pos keberangkatan. Oke, bisa lah, tinggal bayar doang, kan? Lumayan mahal sih, karena kami pilih untuk mendaki saat weekend, harganya Rp. 22.500/orang/hari. Silahkan hitung sendiri totalnya berapa.
3. Sehat Jasmani, dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Nah, ini juga jadi salah satu point penting dalam pendakian Semeru. Petugas registrasi hanya akan memroses surat keterangan sehat tertanggal maksimal sehari sebelum pendakian. Jika lebih dari sehari, ya mohon maaf, kembali lagi saja ke kampung warga dan carilah dokter untuk tes ulang. Kalau macam gini sih langsung sakit, rohaninya bukan jasmaninya :( Sudah sampai Ranu Pani dan disuruh pulang itu sakit, rek. Soalnya aku gak sebercanda itu niat buat mendaki Semeru (curhat ini sih).
Tapi tenang saja, buat kalian yang tidak sempat tes kesehatan sebelum berangkat ke Semeru, di dekat loket pendaftaran di Ranu Pani ada pos kesehatan. Disana ada petugas kesehatan yang siap untuk memeriksa raga kalian dan memberikan surat yang dibutuhkan. Cukup dengan Rp. 25.000/surat, kalian sudah bisa melenggang masuk Semeru, asalkan syarat yang lain sudah lengkap ya, ehe. Surat keterangan sehat ini nantinya juga akan berkaitan dengan asuransi keselamatan selama mendaki. Just in case something bad happened, kalian sudah diasuransikan. Itulah alasannya kenapa petugas hanya menerima surat dengan maksimal tanggal sehari sebelum pendakian. Asuransi itu penting, gaes.
4. Melengkapi formulir pendaftaran. Formulir ini isinya data ketua rombongan (oh iya, setiap rombongan harus punya ketua yang bertanggungjawab atas keselamatan anggotanya), data anggota rombongan, lengkap mulai dari nama, alamat, pekerjaan, hingga nomor HP. Formulir ini sebetulnya sudah diisi pas booking online, saat registrasi langsung, tinggal di print saja, lalu ketua rombongan tanda tangan di atas materai 6000 (materai!! penting bawa dari rumah/dari kampung sebelum masuk Ranu Pani, karena di Ranu Pani harganya Rp. 10.000 :"). Jangan lupa untuk melampirkan foto copy KTP setiap anggota, untuk ketua rombongan akan diminta untuk menitipkan KTP aslinya dan bisa diambil setelah turun dari Semeru.
5. Apa lagi yaa. Sudah itu saja syaratnya, mudah, kan?
Saking percaya dirinya kami bertiga karena merasa sudah melengkapi persyaratan tersebut, maka berangkatlah kami ke Ranu Pani pada hari Minggu sekitar jam 1 siang dari Malang. Sebelumnya, aku harus membelah Pulau Jawa untuk sampai di Malang. Berkereta 18 jam dari Jakarta pada hari Sabtu sore dan tiba di Malang pada hari Minggu pagi. Aku merasa menjadi manusia paling bersemangat saat itu, hingga 18 jam pun tak terasa melelahkan bagiku (lebay!)
5. Apa lagi yaa. Sudah itu saja syaratnya, mudah, kan?
Saking percaya dirinya kami bertiga karena merasa sudah melengkapi persyaratan tersebut, maka berangkatlah kami ke Ranu Pani pada hari Minggu sekitar jam 1 siang dari Malang. Sebelumnya, aku harus membelah Pulau Jawa untuk sampai di Malang. Berkereta 18 jam dari Jakarta pada hari Sabtu sore dan tiba di Malang pada hari Minggu pagi. Aku merasa menjadi manusia paling bersemangat saat itu, hingga 18 jam pun tak terasa melelahkan bagiku (lebay!)
Perjalanan dari Kota Malang ke Ranu Pani yang terletak di Kabupaten Lumajang memakan waktu sekitar 3 jam dengan kecepatan rata-rata 40km/jam menggunakan sepeda motor. Kami megendarai 2 sepeda motor, aku berboncengan dengan satu temanku, sedangkan satunya lagi sendirian. Kami memacu motor dengan kecepatan sedang, antara 40-50km/jam, kami juga sempat berhenti beberapa kali seperti ke Indomaret dan mengisi bahan bakar. Medan yang dilaluipun cukup menantang, apalagi setelah mulai mendekati kawasan Taman Nasional Brom Tengger Semeru (TNBTS). Jalan sempit beraspal yang kami lewati mulai menanjak dan berkelok-kelok melewati perbukitan.
Sangat dianjurkan bagi yang ingin pergi ke kawasan TNBTS ini untuk tidak mengendarai motor matic dikarenakan medan yang kurang bersahabat. Jangan lupa juga untuk melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap kendaraan yang akan digunakan, terutama rem. Di daerah pegunungan seperti ini, rem menjadi 10kali lebih crucial dibandingkan pada medan landai mengingat di sepanjang kanan dan kiri jalan terbentang jurang luas tak beralas yang siap menampung :/
Setelah melewati drama motor yang hampir tidak kuat naik di tanjakan curam dan akibat motor sewaan yang entah kapan terakhir diservice sehingga rem belakang kurang pakem, berkali-kali hampir goyah setiap kali berpapasan dengan mobil jip pengangkut pendaki Semeru, aspal yang tidak rata sama sekali sehingga sering kali tercebur ke dalamnya, sampailah kami di persimpangan Bromo dan Ranu Pani. Yeay! Seneng banget akhirnya sampe Bromo, tinggal naik dikit lagi dan sampailah di Ranu Pani. Kami menepi sebentar di persimpangan tersebut untuk istirahat dan memakai jaket serta sarung tangan karena ternyata udara sore yang dingin sudah sangat terasa di ketinggian ini. Kami yang dari Malang merasa kepanasan seketika menggigil. Saat itu mungkin sekitar jam setengah 3 atau jam 3 sore. Matahari sudah mulai bergeser dan wisatawan penikmat sunset juga mulai terlihat bersliweran.
Eka-Reska-Nia (gadis-gadis pulau yang berusaha menaklukan gunung)
Kami memutuskan untuk tidak membuang waktu terlalu lama di persimpangan tersebut karena hari sudah semakin sore. Ranu Pani berjarak sekitar 1 jam perjalanan dari persimpangan tersebut dengan medan yang ternyata lebih sempit, jalan lebih rusak di beberapa tempat, lebih banyak mobil jip yang lewat, dan beberapa tanjakan serta turunan yang lebih nikmat. Namun pemandangan puncak Semeru yang bermandikan matahari sore berwarna oranye yang khas serta sejuk udaranya yang sangat menenangkan membuatku ingin menangis. Lebay, ya? heuheu. Tapi memang begitu adanya. Puncak Mahameru yang terkenal itu ada di depan mata, indah sekali. Sehari sebelumnya aku masih berjibaku dengan kemacetan Ibu Kota yang tiada habisnya, tapi sore itu aku diantarkan ke tempat paling indah yang pernah aku bayangkan. Ah, baik sekali Tuhan padaku.
Aku semakin excited ketika memasuki pemukiman warga dengan papan bertuliskan "Selamat Datang di Desa Ranu Pani, Kec. Senduro, Kab. Lumajang". Seketika lelah selama berkendara hilang tergantikan dengan semangat membara. Sebentar lagi kami akan menyusuri jalanan itu untuk menjemput dream place kami demi mewujudkan salah satu camp goals kami (apasih). Yes, God made it for us, girls! We're so lucky to be here!
Saat itu sekitar jam 4 kurang 15 menitan saat kami memasuki parkiran di bawah pos keberangkatan Ranu Pani.
To be Continued.....
To be continued next trip ya sis?
BalasHapusAyo he, tak enteni
Hapusjozzz pokok.eee
BalasHapusJozzan kowe sing wes tekan kana disitan hmm
Hapuswaaah.. Mantaap reska. Jadi petualang cantik ini..
BalasHapusWkwkw, bonek ini Mah :(
HapusNEKAT. AND THAT'S GOOD!
BalasHapusUntung aku gak ilang :(
HapusSebuah pencapaian ya, Res! Keren!!
BalasHapusWait till you read part 2 :"
Hapusaku juga pecinta alam, alam bawah sadar haha... seru ceritamu. dtunggu part-part selnjutnya
BalasHapus