Mengejar Kapal = Mengejar Harapan


Judul : Mengejar Kapal
Penulis : Moh. Fajri
Penerbit : Independent Publisher
Tahun terbit : 2018
Jumlah Halaman : 155 Halaman



Pertama kali mendengar tentang program Indonesia Mengajar, aku sangat tertarik untuk mengikutinya. Dulu sedang semangat-semangatnya menyusun rencana untuk mengikuti berbagai kegiatan setelah lulus kuliah. Sok sibuk ikut kegiatan-kegiatan biar gak dibilang mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang kuliah-pulang), padahal nyatanya sampai lulus tetep jadi kupu-kupu. Shame on me :(

Membaca karya Mas Fajri tentang pengalamannya menjadi salah satu pengajar muda Indonesia Mengajar membuatku mengingat lagi masa-masa itu. Masa-masa dimana idealisme sebagai seorang mahasiswa masih sedang tinggi-tingginya, masa dimana realita terlihat begitu mudah dan segala sesuatunya bisa digenggam dalam sekali rengkuh. Kisah-kisah yang dituangkan Mas Fajri membuatku ingin menapaki kembali mimpi-mimpi yang dulu sempat aku pupuk; ikut memperjuangkan pendidikan hingga ujung tanah air.

Berada di ujung Indonesia dengan fasilitas yang belum selengkap di Jawa; hanya kapal yang menghubungkan dengan peradaban di luar, semua bergantung pada berlayarnya kapal-kapal dan apa yang mereka angkut, sedangkan jadwalnya sendiri tidak bisa dipastikan. Sangat berbeda dengan di Jawa. Ingin pergi kemana cukup buka HP dan order ojek online. Sebuah sentilan untuk kita yang tinggal di Jawa dengan segala kemudahan dan fasilitas yang ada namun masih seringkali menuntut ini dan itu, pembangunan ini dan itu, mengeluhkan macet ini dan itu. Mungkin kami perlu tinggal di Kabupaten Maluku Barat Daya selama seminggu agar paham bahwa PR Pemerintah dan kita semua untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa masih sangat banyak. Ada banyak sekali daerah di luar Jawa yang masih membutuhkan pemerataan pembangunan guna terwujudnya Indonesia yang sama bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kisah Mas Fajri juga mengajarkan bahwa hidup berdampingan dalam perbedaan bukanlah sesuatu yang mustahil. Dia telah membuktikan selama satu tahun tinggal di Pulau Mesala sebagai seorang pendatang dengan budaya dan kepercayaan yang berbeda dengan penduduk setempat tidak menghalangi mereka untuk menganggapnya sebagai seorang anggota keluarga. Cara penduduk Pulau Mesala menghargai Bapak Guru baru di sekolah merekapun sungguh luar biasa. Sebuah teladan yang bisa ditiru masyarakat luas, bahwa majunya pendidikan merupakan kerjasama antara pendidik dan anak didik serta keluarganya. Semua pihak harus mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan pihak lain; siswa mentaati guru, guru memberikan teladan yang baik, orang tua tidak melulu men-Dewa-kan anak-anaknya melainkan memahami kebutuhan pendidikan yang terbaik untuk mereka.

Bahasa Mas Fajri yang ringan, santai, namun lugas, dan kadang mengandung jokes khas anak muda zaman now, membuat imajinasiku semakin larut di dalam setiap kisah yang Mas Fajri tuliskan dan seolah aku disana bersamanya saat itu. Senang, sedih, haru, bangga, bercampur menjadi satu dalam kisah yang tentunya akan selalu membekas hingga nanti. Tidak heran jika di akhir episode begitu banyak emosi yang tercurah ketika pengabdian selama satu tahun harus diakhiri. 

Kalau suatu hari Mas Fajri baca curhatanku ini, aku mau bilang, "Mas, aku ikut deg-degan setiap kali Mas mengejar kapal, seolah aku juga ikut mengejar harapanku. Dan, aku nangis ketika selesai baca buku ini. Terimakasih."


PS.
Terimakasih Mba Linda telah mengizinkanku memiliki dan membaca buku ini, hehe.


Komentar

  1. Aku juga suka banget mbak sama Indonesia Mengajar, ada keinginan juga sih "nanti" bisa gabung 😂😂😂

    BalasHapus
  2. Terharu memang ketika mendengar kisah perjuangan sahabat2 di daerah garis depan negeri ini, terutama di Maluku Barat Daya, yg notabene daerahnya dikepung lautan. Ketika mendengar cerita mereka atau membaca buku tentang perjuangan mereka, terkadang aku berpikir, apa yg sudah kuberikan untuk negeri ini. Tulisanmu tentang buku ini membuatku berpikir demikian lagi. Review yang manis, Areska. Sukaa!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apalah aku yg biasanya cuma menuntut ini dan itu :((


      Terimakasih Zahraa :))

      Hapus

Posting Komentar